Luk(aku)
namaku
Luka
aku
dibesarkan dengan teriakan
dan
makanan seadanya
dibiarkan
jalan sendirian
tanpa
uang jajan
di
sekitarku penuh tipu muslihat
aku
tak diajarkan salat
pagiku
tidak diawali dengan sarapan
kalau
beruntung aku berangkat sekolah diantar ayah
aku
Luka yang tidak minta diobati
ketika
luka lain biasa diperban
Lukaku
tak pernah merengek
minta
dibelikan mainan
malamku
diakhiri dengan makian
hanya
karena menumpahkan minuman
mungkin
ibu sedih karena ayah tak pulang
Lukaku
paham
katanya
(Luk)aku durhaka
padahal
semua sudah kubagi dua
karena
Lukaku ingat
dulu
kita makan nasi kecap
tapi
baginya Luk(aku) masih durhaka
hanya
karena sekali-kali balik melawan
memaparkan
kebenaran
waktu
dibilang cangkeman
Lukaku
kini menemukan cinta
meski
kalian namai kesalahan
dan
mengoreknya tiap kali
kehabisan
bahan olokkan
Lukaku
tumbuh diantara kalian
yang
mentang-mentang kaya
yang
mentang-mentang miskin
Lukaku
memborok nyeri
bersama
fitnah-fitnah keji
hari
ini,
Lukaku
memutuskan
untuk
tak perlu meluruskan
apa
yang telah kalian belokkan
untuk
tak perlu mencari pembelaan
atau
melawan balik waktu dibilang cangkeman
meski
kadang ia kembali menganga
tapi
tak apa
karena
dunia bukan peradilan terakhir
bagi
siapa saja yang mengaku hambaNya
dan
terLuka.
Dec
16